Organda Cirebon Ogah Turunkan Tarif

Organda Cirebon Ogah Turunkan Tarif

\"WEBPresiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memastikan penurunan kembali harga BBM premium maupun solar. Harga BBM premium akan turun menjadi Rp6.600 per liter, sedangkan harga solar akan menjadi Rp6.400 per liter. MENGACU pada harga yang sementara masih berlaku hingga besok sebelum Senin (19/1) pukul 00.00 WIB, harga premium berarti akan turun Rp1.000. Besaran harga BBM jenis RON 88 sebesar Rp7.600 per liter itu merupakan buah dari kebijakan penurunan harga pada 1 Januari 2015 lalu. Pada 18 November 2014, pemerintah sempat menaikkan harga hingga mencapai Rp8.500 per liter. Sedangkan penurunan harga solar per liter dibanding yang berlaku sejak 1 Januari 2015 lalu, sebesar Rp7.250, mencapai Rp850. Saat kenaikan pada 18 November, harganya sempat menyentuh Rp7.500 per liter. Lalu, bagaimana reaksi di daerah? Apakah akan ada penurunan harga pada tarif angkutan dan sembako? Jawabannya, tak semudah membalikkan telapak tangan. Organda Cirebon misalnya, ogah menurunkan tarif angkutan dengan alasan khawatir harga BBM kembali naik. Sekretaris Organda Cirebon, Karsono, mengatakan, mengubah tarif angkutan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bila premium memang benar-benar kembali turun, namun ada beberapa hal yang harus dicatat. Harga-harga pendamping lainnya, kata Karsono tidak ikut turun. “Oke, kalau misalnya pre­mium turun. Tapi kita lihat dulu apakah harga onderdil kendaraan ikut turun? Apakah sembako juga ikut turun? Saya rasa premium memang turun, tapi yang lainnya tidak ikut turun. Nah kalau sudah begitu kan agak susah juga,” jelasnya kepada Radar, kemarin. Kebija­kan pemerintah pusat untuk melepas harga BBM se­suai dengan harga minyak dunia, dianggap Karsono tidak tepat. Karena hal ini membuat pihak pengusaha jasa transportasi termasuk juga pemilik angkutan umum kebingungan menetapkan tarif. “Ini kan premium sudah mengikuti harga pasar, tapi masa kita mau ikut menaik turunkan tarif terus-terusan? Perhitungannya juga kan agak sulit,” bebernya. Atas dasar itulah, kata dia, Organda masih tetap mematok tarif pada harga awal saat premium naik menjadi Rp8.500. “Karena nanti tidak menutup kemungkinan harga BBM kembali naik. Kalau sekarang sudah diturunkan tarifnya, lalu tiba-tiba harga BBM naik lagi, kan berabe juga. Jadi saya tegaskan sampai saat ini masih tidak berubah. Masih tetap,” tegasnya. KEMENHUB BUTUH KOORDINASI Sementara itu, Kemenhub belum membuat kebijakan untuk mengatur penurunan harga tarif kendaraan umum. Kemenhub masih mempertimbangkan solusi yang lain. Hal itu dikatakan oleh Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Djoko Sasono. Menurut Djoko, saat ini Kemenhub masih merapatkan apakah nantinya ada penurunan tarif angkutan umum atau tidak. “Kami sudah ketemu Organda. Masih kami bahas,” jelasnya. Kemungkinan besar, Kemenhub tidak akan menurunkan tarif angkutan umum. Namun menggantinya dengan opsi lain. Yaitu memberikan insentif pada angkutan umum. Insentif itu nantinya digunakan untuk perbaikan angkutan umum. Djoko menjelaskan, dalam logika sederhana, jika BBM turun maka tarif angkutan umum juga turun. Namun dia mengaku persoalan tidak sesederhana itu. Penurunan tarif bukan solusi yang tepat. Pasalnya pasca kenaikan harga BBM lalu, kenaikan tarif angkutan umum tiap wilayah berbeda-beda. Padahal pemerintah sudah mengeluarkan aturan yang membatasi kenaikan tarif maksimal 10 persen. “Jadi kalau tarif misalnya turun Rp2000, di Jakarta bisa, tapi kalau di daerah yang kenaikan tarifnya mencapai Rp15 ribu sulit,” jelasnya. Lebih lanjut, Djoko mengaku, kemenhub akan melakukan rapat internal terlebih dulu. Dia mengaku secepatnya kemenhub akan me­ngeluarkan keputusan ter­kait turunya harga BBM itu. Pernyataan Joko hampir mirip dengan Kepala Dishub Kabupaten Cirebon Iis Krisnan­dar. Iis mengatakan pihaknya akan segera mengkoordinasikan persoal­an ini dengan Pemkot Cire­bon, Organda, juga instansi lainnya. Mengingat, dengan turun­nya harga premium ini kemung­kinan besar masyarakat akan me­minta penurunan tarif angkutan. “Untuk formula kita sudah siapkan beberapa alternatif. Tapi nanti kita koordinasikan lagi dengan dinas lain, karena kepentingan penumpang dan juga supir ini harus dipikirkan,” tukasnya. Rencananya, Senin mendatang Dishub Kabupaten Cirebon akan mencoba untuk merapatkan barisan dengan Dishubinkom Kota Cirebon, Organda dan instansi lain­nya. “Yang jelas akan kita koordinasi­kan secepatnya,” tukasnya. Sementara Kepala Bidang Angkutan Teknik Sarana Prasarana Darat Dishubinkom Kota Cirebon H Trisunu Basuki ST mengatakan, saat BBM naik dari harga Rp6.500 menjadi Rp8.500, angkot naik Rp1.000. Harga untuk penumpang umum yang semula ditarif Rp3 ribu menjadi Rp4 ribu. Begitupula tarif pelajar dari harga Rp2 ribu naik menjadi Rp3 ribu. Hingga saat ini, tarif tersebut masih berlaku. Namun, ujarnya, dengan kembali turunnya harga BBM premium menjadi Rp7.600 dan bahkan akan kembali turun menjadi Rp6.600, seharusnya tarif angkot kembali turun. “Tapi itu belum pasti, karena kita harus rapatkan bersama berbagai pihak dulu,” ujarnya kepada Radar, kemarin. Berdasarkan hitungan Dishubinkom, ujar Trisunu, angka penurunan tarif angkot secara ideal di Rp500, jika turunnya Rp7.600. Dengan turun lagi menjadi Rp6.600, maka tarif angkot harus turun lagi. Tetapi, Trisunu kembali menegaskan hal itu bukan keputusan karena belum dirapatkan bersama Organda dan pihak terkait lainnya. “Dalam waktu dekat akan kami bicarakan bersama,” tukasnya. Setelah ada keputusan rapat bersama, hasilnya akan dibuat dalam bentuk surat edaran agar masyarakat tidak bertanya-tanya dan menaikan turunkan secara sepihak. Juwahir mengatakan Saat ini dirinya masih menjual stok BBM dengan harga lama. Setiap hari dirinya melakukan order 8000 liter preimum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dikata­kan dia, Perta­mina sendiri tidak akan me­ngembalikan uang ganti ru­gi atas pe­nurunan harga tersebut. Berbeda halnya saat BBM naik, di mana Pertamina akan melakukan tagihan kepada sejumlah pengusaha migas. Jadi dengan kondisi naik-turunnya BBM ini membuat pengusaha merugi. “Yang pasti kita terkena imbas, baik BBM naik ataupun turun. Sebab, kalau naik kita akan ditagih oleh Pertamina, sementara kalau turun kita tidak bisa nagih uang kerugian. Jadi ditanggung sendiri,” ungkapnya. Hal ini ditambah juga dengan kondisi SPBU sendiri yang lengang, walau setelah adanya pengumuman turunnya harga BBM. Hal ini jauh berbeda saat adanya isu kenaikan harga BBM, dimana mucul antrian SPBU di mana-mana. “Situasinya seperti hari-hari biasa, tidak ada antrean, malah cenderung sepi. Mungkin masyarakat juga ada menahan untuk membeli BBM, sampai harganya turun nanti,” ucapnya. Sementara itu, adanya penuru­nan harga BBM disambut baik oleh sebagaian kalangan masyarakat. Yasir, salah seorang warga Arjawinangun, mengaku dirinya sudah mendengar info kenaikan harga BBM. Ia berpendapat penurunan ini justru bagus, supaya bisa membantu masyarakat. “Ya bagus, itu bisa membantu meri­ngan­kan beban masyarakat,” ungkap pria yang senantiasa menggunakan Pertamax itu. Sedangkan pengendara lainnya, Marno, warga Perum­nas, Kota Cirebon, mengaku belum mengetahui akan adanya penurunan harga BBM. Namun demikian ia beharap agar penurunan harga BBM ini diikuti pula oleh penurunan harga sembako. “Kalau kita masyarakat, inginnnya sembako juga ikut turun,” ucapnya. (jpnn/kmg/ysf/mik/jml)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: